Kamis, 15 Januari 2015

MEM-BRANDING APOTEK ANDA, MENGAPA TIDAK ???

Assalaamu'alaikum war. wab. Salam sejahtera

Saya ingin mengawali artikel ini dengan kisah tentang gajah yang terikat, mungkin anda sudah sering mendengar atau membacanya. Di sebuah arena sirkus sering terlihat seekor gajah, hewan yang sangat besar, terikat kakinya dengan tali ijuk kecil yang tertambat pada sebuah pasak kecil yang tertancap ke tanah, tetapi gajah tersebut tidak kemana - mana. Tentu kita heran melihatnya, sebenarnya dengan kekuatan gajah yang besar, bisa saja tali itu dihentakkan dengan mudah dan gajah itu bebas pergi kemana - mana.


Ternyata ada rahasia dibalik kejadian ini. Gajah ini biasanya dipelihara sejak kecil atau lahir. Sejak kecil gajah ini memang sudah dibiasakan terikat dengan tali ijuk yang cukup kuat dan diikatkan ke batang pohon yang kokoh. Selama beberapa bulan pertama, dengan instingnya yang ingin bebas gajah itu akan selalu berusaha melepaskan ikatannya, akan tetapi karena tenaganya belum terlalu kuat ikatannya tidak akan bisa terlepas, dan pada akhirnya sampai ke titik dimana gajah itu berhenti berusaha, bahkan sampai tumbuh besar gajah itu tidak akan mencoba melepaskan diri walaupun hanya diikat dengan tali ijuk kecil yang ditambatkan pada pasak kecil.

Analogi yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah, kadang karena kegagalan atau rutinitas yang beruntun kita lakukan, dalam benak kita sudah terbentuk pikiran bahwa kita tidak akan bisa meraih sesuatu bahkan sebelum kita mencobanya, karena pikiran yang negatif itu akan mencegah kita untuk terus berusaha, walaupun kita sebenarnya mempunyai potensi besar yang lupa kita manfaatkan untuk meraih tujuan kita.

Kembali ke masalah Apotek, selama setahun terakhir ini kami berada di Seksi Farmamin dan Perbekes Dinas Kesehatan Kota Semarang, dalam kegiatan lapangan pembinaan Apotek yang kita lakukan, sering kita jumpai Apotek yang dikelola "apa adanya" atau bisa disebut Business As Usual, terutama dari segi marketingnya. Sering kita lihat penataan layout lemari showcase yang pakem seperti itu- itu saja, tampilan bangunan yang biasa - biasa saja, warna cat dinding yang biasa saja cenderung kusam, sikap dan penampilan tenaga kefarmasian yang kurang "menjual", ditambah lagi kurangnya promosi. Hal itu tentu saja akan berpengaruh pada besarnya market Apotek tersebut yang hanya akan stagnan di tingkat itu saja, bergantung pada kunjungan pelanggan tetap, tanpa ada peningkatan profit yang signifikan.


Usaha Apotek yang merupakan jasa pelayanan profesi, tidak akan bisa dipisahkan dari dunia usaha, market share dan persaingan usaha. Karena Apotek yang non profit tentu saja tidak akan bisa berlangsung dalam waktu lama. Bagi Apotek konvensional dengan modal "pas-pasan" secara logika umum tentu akan kalah dalam hal market share dibandingkan dengan Apotek dengan modal besar yang mempunyai banyak cabang atau dengan sistem franchise.


Tetapi sebenarnya ada porsi yang bisa diraih oleh Apotek dengan modal kecil dengan cara menguasai "mind share". Apakah sebenarnya mind share itu?? mind share berarti adalah pemikiran pelanggan akan suatu merk yang muncul apabila pelanggan akan membeli produk tertentu.  Para pemenang mind share ini pada akhirnya tentu saja secara otomatis bisa memenangkan market share. Cara untuk memenangkan mind share ini salah satunya adalah branding, yaitu segala usaha yang dilakukan sehingga merk kita menjadi yang pertama kali dipikirkan atau diingat oleh seorang konsumen apabila menginginkan suatu produk, sehingga seolah - olah bagi konsumen tidak ada brand lain selain brand anda (brand awareness). Contoh merk - merk pemenang mind share yang sukses melakukan branding adalah : motor - Honda, sabun cuci - Rinso, angkot - Daihatsu, minuman bersoda - Coca Cola, pembasmi serangga - Baygon, pompa air - Sanyo, dan seterusnya.


Menurut kami branding juga diperlukan oleh Apotek untuk merebut mind share para konsumen. Keuntungan dari branding adalah akan mendatangkan konsumen - konsumen tambahan selain dari pelanggan utama yang hanya datang ke Apotek ketika sudah sakit dan akan membeli obat. Dengan branding, akan menambah kemungkinan konsumen - konsumen lain yang sehat teringat untuk datang ke Apotek kita ketika akan membeli produk - produk selain obat, seperti suplemen, multivitamin, perbekalan kesehatan dan sebagainya. Seperti contoh, ketika baru pertama kali mendengar sebuah nama Apotek, tentu Anda tidak akan langsung percaya dan berani mencoba membeli obat di Apotek tersebut. Namun, kalau brand Apotek tersebut sudah sering terdengar atau terlihat, baik di iklan, buku, atau media dimana saja. Maka tanpa disadari, sebetulnya Anda menjadi makin familiar dengan brand Apotek tersebut dan mulai yakin terhadapnya.

Pertanyaan yang lalu muncul ialah, bagaimana caranya Apotek dapat melakukan strategi branding dengan budget yang minim? Minimnya budget menjadi hambatan setiap calon entrepreneur  dalam melakukan strategi branding. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan oleh calon entrepreneur memulai proses branding dengan biaya minim.

1. Tentukan Point of Differentiation (POD)

Tentukan apa yang menjadi pembeda dari brand Apotek anda. Menjual kualitas terbaik tidaklah cukup, karena itu sudah menjadi standar yang memang harus dipenuhi. Mulailah mencari hal-hal unik yang bisa menjadi story  menarik dan mudah diingat oleh konsumen. Inovasi yang banyak dilakukan Apotek dalam mengembangkan usahanya saat ini kadang salah kaprah, seperti contohnya melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (gula darah, asam urat, cholesterol) kemudian memberikan interprestasi hasil pada konsumennya, dan parahnya juga langsung menyarankan obat apa yang harus dibeli untuk mengatasinya. Hal itu justru akan banyak mendatangkan kerugian, selain karena pekerjaan tersebut bukan kewenangan tenaga kefarmasian, interprestasi hasil dan pemberian obat yang salah akan merugikan konsumen dan membahayakan konsumen yang akibatnya dapat membuat konsumen tidak mau datang lagi ke Apotek, atau lebih beratnya menuntut secara hukum.
Sebenarnya justru banyak POD dari Apotek yang dapat dikembangkan dari pelayanan farmasi klinis yang sekarang sudah menjadi standar pelayanan kefarmasian. Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Homecare yang dikemas dengan baik akan bisa menjadi POD bagi Apotek. Selain itu, pola pendekatan kepada pasien yang mengedepankan empati seperti layaknya menghadapi keluarga dapat menjadi POD apabila bisa dikelola secara spesial.

2.  Brand Identity yang Relevan dan Menarik

Buatlah desain logo, kemasan, website dan atribut lainnya sesuai dengan kesan yang ingin ditunjukkan. Dalam tahap ini, sebaiknya mulailah berkonsultasi dengan desainer grafis atau rekan yang terbiasa dengan konsep marketing atau branding. Tapi bila tidak tersedia dana yang cukup, bisa memanfaatkan template - template desain yang sudah tersedia banyak dan gratis di internet. Jangan takut mendesain ulang layout apotek anda sehingga terlihat berbeda dan menarik, tanpa mengesampingkan persyaratan sesuai standar. Pada intinya, desain visual memainkan peran yang sangat penting untuk menciptakan first impression. Menciptakan ketertarikan untuk membeli dan juga dapat membuat konsumen terasosiasi secara emosional ditahap awal sehingga timbul keinginan untuk kembali lagi.

3. Low Budget – High Impact

Untuk menciptakan brand awareness tidak memerlukan biaya yang mahal. Daripada menggunakan media iklan dengan biaya selangit, cobalah menggunakan media sosial seperti blog, facebook, twitter, dan media lainnya. Manfaatkan teman-teman terdekat untuk ikut mempromosikan kepada jaringannya di media sosial dan ciptakan word of mouth yang positif. Apoteker bisa saling bekerja sama untuk memperkenalkan Apoteknya masing - masing, sehingga membentuk jaringan yang besar layaknya Apotek Franchise. kerjasama dibidang distribusi misalnya, akan sangat memberikan nilai tambah bagi Apotek anda, Apotek akan terlihat super komplit, tidak ada lagi obat atau perbekes yang sulit dicari pembeli bila ada jaringan antar Apotek.
Ternyata, salah satu kunci sukses Maicih adalah penggunaan twitter yang konsisten dalam berpromosi dan saat ini mencapai follower lebih dari 400 ribu. Twitter juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan percakapan yang lebih personal. Fakta menarik lainnya, maicih memiliki sistem penjualan yang sangat efektif dengan memanfaatkan konsumen untuk menjadi reseller. Hal ini tentunya dapat memotong ongkos distribusi. Selain, itu sosial media bisa digunakan sebagai sarana untuk PIO terhadap pelanggan - pelanggan anda.

4. Fokus Kepada Komunitas.

Cobalah mencari komunitas yang memiliki member cukup banyak untuk menciptakan basis konsumen loyal dan cukup kuat ditahap awal. Salah satu contoh, Apoteker bisa terjun ke pertemuan - pertemuan di masyarakat (arisan PKK, posyandu, perkumpulan pemuda, dll), walaupun sekedar membeli penyuluhan, akan berdampak terhadap brand awareness Apotek anda, terutama pada masyarakat sekitar Apotek. Kita bisa mengajak komunitas-komunitas tersebut untuk ikut mempromosikan produk yang kita miliki melalui jejaring media sosial online demi menghasilkan efek eksponensial.

5. Konsisten dalam Strategi dan Melakukan Evaluasi.

Jalankan strategi secara konsisten. Tetap monitor performa dari strategi yang telah dijalankan dan secara reguler lakukan evaluasi. Biasakan untuk terus melakukan proses evaluasi agar proses selanjutnya dapat dijalankan lebih efektif. Tunjuklah satu orang sebagai campaign manager untuk memonitor dan memberikan laporan atas segala aktivitas branding di seluruh media yang digunakan. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dapat saling bekerjasama dalam menjalankan hal ini.

Demikian sedikit sumbangan pikiran yang dapat kami berikan, memang hal diatas memerlukan niat dan energy yang besar dari para tenaga kefarmasian yang ada di Apotek dan pemilik sarana Apotek. Mungkin pada tahap awal tidak mendatangkan keuntungan yang signifikan secara langsung terhadap para tenaga kefarmasian, para pemilik Apotek pun belum tentu memberikan imbalan yang pantas terhadap usaha - usaha anda ini. Tetapi yakinlah dibalik kerja keras dan positive thinking pasti ada sesuatu yang bisa dihasilkan, dengan meningkatnya profit Apotek, tentu saja kesejahteraan dari tenaga kefarmasian yang bekerja didalamnya. Untuk menutup artikel ini, mari kita renungkan video di bawah ini.



Sekian, terima kasih, semoga bermanfaat .....Wassalaamu'alaikum war. wab.

Diolah dari berbagai sumber :

  1. www.majalahgrowprofit.com
  2. www.marketing.co.id
  3. www.ciputraentrepreneurship.com
  4. www.blog.sribu.com
  5. www.ekonomi.kompasiana.com
  6. www.youtube.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar